"Teruslah menulis. Paling tidak, orang-orang tahu kalau kamu masih hidup."
0 Comments
Shila, Medical Student who took four weeks internship in Brussels Dyo, Shila’s highschool mate, now living in Brussels December, Winter It was quite gloomy december. Suasana dingin, matahari yang cuma bersinar dari jam 10 sampe jam 3, dan homesick menjadi paket komplit yang bikin mood shila anjlok. Sudah hampir 3 minggu Shila melakukan internship nya di Brussels’ Children Hospital. Hari itu hari sabtu, dan kebetulan Shila dapet shift malem. Jadi paginya Shila berencana untuk ke Kantor Kedutaan terlebih dahulu. Kebetulan hari itu ada Festival Kebudayaan Indonesia disana. Took almost 45 minutes from the dorm to Kedubes Indonesia naik bus, but it’s worth the journey. Dan akhirnya mood Shila naik lagi karena akhirnya ketemu orang2 indo lagi. Ketemu nasi goreng, ketemu lumpia, betapa bahagianya Shila saat itu. Festival kebudayaan biasanya diselenggarakan menjelang akhir tahun. Acara ini semacam acara kumpul - kumpul untuk WNI yang tinggal di Belgia. "Di dekatnya aku lebih tenang Bersamanya jalan lebih terang Tetaplah bersamaku jadi teman hidupku Berdua kita hadapi dunia” Lagu yang berjudul Teman Hidup yang dinyanyikan oleh Tulus tiba - tiba terdengar live disitu. Semua orang termasuk Shila langsung menengok. quite strange, pikir Shila. Suara yang menyanyikan terdengar familiar. Karena Shila sudah jinjit dan tetap gabisa keliatan, she decided to move to the front. A gentleman, wearing black turtleneck, black blazer, black trousers and ugh ogh spotted a pair of Prada black shoes, but the thing that Shila noticed the most is his familiar face, it was Dyo! Dyo highschool mate Shila, temen padusa yang suaranya super jazzy. Shila knows that after graduated from high school, he went to Belgium to continue his study, but yet Shila didn’t expect since the first time she touched down Brussels that she’ll meet him. Abis beres 4 lagu Tulus, Maliq, dan Abdul and the Coffee Theory dibawain, Dyo turun dengan tepuk tangan meriah, sempet jabatan tangan sama Ibu kedubes, terus Dyo celingak celinguk ambil minum sambil ngeliatin instalasi patung es dan selempangin syalnya. Shila observe dari kejauhan, Dyo bener2 sendiri berdiri deket patung es, tangannya satu dimasukin ke saku dan tangan lain holding a glass of champagne. "Dyo!" Shila tepuk2 pundak Dyo Terus Dyo nengok kayak burung hantu dan matanya langsung terbelalak “Eh Shila?!” Gila. Once in a lifetime Shila ngeliat dia kaget segitunya sampe Shila spontan ketawa membahana “Hahahahahahahahaa! Kocak ya bisa ketemu disini” “Wah gue ga nyangka bisa ketemu temen SMA disini… wah… lo… lagi ngapain Shil di Brussels..?” “Iya Yo gue intern di Brussels’ Children Hospital sekitar 4 mingguan…” “Oh wow… oh… keren banget Shil… bisa intern disini” “Lo gimana Yo kulia….” “Engga Shil gue engga” Seketika Shila belom lanjutin ngomong, Dyo langsung motong, tau apa yg harus dia jawab dan mata burung hantunya langsung nengok ke arah lain "Gue begitu di Brussels emang pengen lanjut karir aja, sambil course musik" “Hahh ya keren dong Yo, living your dream dong sekarang!” “Haha… makasih Shil” Ya gimana gak living your dream, gayanya Dyo emg dari dulu selalu rapih, tapi sekarang dandy abis, syal Thom Browne, blazernya… not pretty sure tapi kayanya Paul Smith. “Gimana Brussels? Enak ga?” “Hahaa enak ga enak sih Yo, kalo transport sama makanan enak disini, tapi cuma jauh dari keluarga aja jadi ya agak agak kangen” “Ooh iyalah ya, jauh dari keluarga. Hm Lo… abis ini… ada kegiatan ga Shil?” “…. ooh hmm engga sih Yo paling nanti malem baru mesti jaga shift” “RS lo di daerah Gare du Nord ya? Hmm kalo misalnya lo sempet, gue pengen ngajak lo ngopi-ngopi aja sih, paling di Coffee Company yang deket Grand Palais, abis itu gue anterin lo ke rumah sakit” Degggg Shila langsung gatau mesti ngomong apa ke Dyo sampe ngangguk aja akhirnya 45 minutes in Metro, pretty awkward at the first time, Shila cuma duduk sebelah Dyo tapi engga ngobrol, tiap masuk terowongan gelap, cuma keliatan refleksi Dyo yang duduk persis sebelahan, tiap ga sengaja liat2an dari pantulan, mereka berdua ngalihin pandangan saking gatau mau apa. Finally Shila opened up a conversation, “Yo, lo emang ga sibuk ya hari ini?” “Haha. Weekend kok Shil. Gue ga ada apa apa kalo weekend. Ya paling kayak tadi aja sih diajakin sama Kedubes buat ngisi acara.” Lempeng jawabannya, macem nampan Grand Palais Station Took up the South Exit Gate, Dyo langsung mimpin jalan di depan dan gajauh dari pintu exit keliatan cafe Coffee Company. This isn’t Shila’s first time going to Coffee Company, despite 3 weeks of her stays in Brussels made her choose Coffee Company rather than Starbucks. Ambiencenya lebih enak karena sebelahnya toko interior ala ala ikea yang lucu, baristanya lebih ganteng (whoopsy), dan yang pasti macchiatonya juga lebih enak. "Un café Americain, s’il vous plaît" Mati. MATI. Pertama kali denger Dyo ngomong bahasa prancis dengan suaranya yang husky. Shila ga konsen. Otaknya ngawang……. “Shil, mau pesen apa?” Dyo nengok ke Shila “A… Americano” Shila ga sengaja nyebut Americano juga padahal itu gara2 otaknya ngeblank jadi cuma bisa mikirin apa yang Dyo pesen. “Americano juga?” “….. Eh……. engga Yo maksud gue… gue em Latte Macchiato aja” "Et un latte macchiato" Tambah Dyo ke baristanya Dalem hati Shila, Yo, sekali lagi lo ngomong bahasa prancis….. gue… mimisan Shila mau ngeluarin kartu kredit dari dompetnya tiba2 “Gausah Shil, gue aja” “Hah jangan Yo ini gu…” “Gak, kan gue yang ngajak lo kesini” Ok then. One Americano and One Latte Macchiato. Shila and Dyo milih tempat duduk yang deket jendela kaca. 2.18 PM tapi udah mulai gelap di daerah Grand Palais, obrolan antara Shila dan Dyo ga jauh jauh dari ya, temen2 SMA yang di Indonesia. Dyo ga ada nanyain gimana internshipnya Shila jadi Shila juga ga enak buat nanyain how’s Dyo’s life in Brussels. Sesekali, eh seringnya sih, dua duanya buka iPhone masing-masing, saking mati kata kata. Sesekali juga, notif Whatsapp kedengeran dari hp Dyo, hmm seems he’s pretty busy ya. Sesekali juga Dyo nengok ke luar jendela, celingak celinguk kayak nungguin orang gitu. Shila jadi engga enak… apa jangan jangan Dyo engga nikmatin conversation sama dia ya… 3.12 PM A not so tall girl entered the coffee shop. Rambutnya warna coklat almond, carrying a Chanel boy bag, dan coatnya warna putih bagus. Shila liat cewek itu dari pertama masuk, soalnya emang eye-cathing banget agak blasteran china-europe, cantik. Cewek itu lari lari kecil ke arah meja Shila dan Dyo "Dyo!" Dyo nengok ke belakang, “Oh, Hi Sa. Thought you’ll be here earlier, got a traffic jam on the way?” “Yes the underconstruction road still cracked me up” muka cewenya cemberut tapi tetep aja cantik. Her scent was truly amazing, a smell of Burberry Brit sama rambutnya yang wangi bikin Shila cuma bisa senyum aja, tapi cewenya ga ngeliat Shila sayangnya, dia masih berdiri di deket kursi Dyo. Dyo geser sedikit dan akhirnya si cewek duduk. "You’ll be there tonight right?" Kata cewenya “Oui.” Jawab Dyo dingin banget lebih dingin dari cuaca hari ini sambil ngangguk “Sha, this is Shila, my highschool friend, doing an internship here for a month” “Ah! Hi Shila, Analisa! But please call me just Lisa :)” sambil jabatan tangan “Nice to meet you :)” kata Shila “Dyo’s such a ice hearted person right? I dont know how he could get along with girls but I bet youre his bestfriend. Theres no way you are here with him if youre not, right?” kata Lisa sambil nengok ke Dyo agak sinis Shila takut salah, akhirnya Shila cuma senyum, Dyo juga cuma nunduk nyengir dikit. Waduh serba salah pikir Shila. "Ewm.. Okay I think I’ll just leave you here two. Shila if you could come with us tonight that would be great" kata Lisa sambil bergegas Baru Shila mau ngomong, Lisa cuma bilang “bye guys!” "See you tonight" kata Dyo Pergilah Lisa meninggalkan seribu pertanyaan ke Shila, bingung banget dan takut salah paham, akhirnya Shila nanya Dyo "Lisa… pacar lo ya Yo?" “Hah?” “Eh?” “Enggalah Shil” “Oh gue kira” “Engga Shil, Lisa itu artis. Gue ga bakal pacaran sama artis. Dia Lisa, Lisa Nguyen, Vietnam Belgia, singer, gue sering ketemu dia kalo pas ada music festival” "Oh" kata Shila cuma bisa bilang Oh. "Malem ini mau ada music fest juga. Kebetulan emang malem ini dia bakalan tampil disana, dia mampir tadi buat mastiin gue dateng, nanti paling mampirin temen temen gue yang lain juga sebelum rehearsal, dia selalu gitu" Dyo ngejelasin daritadi mereka berdua ngomongin apa. Kayanya Dyo juga takut Shila mikir salah paham. “Oh” lagi lagi Oh yang bisa keluar dari mulut Shila. Almost 4 PM. Shift malem Shila dimulai dari jam 5, akhirnya Shila dan Dyo cabut dari Coffee Company. “Yo, lo kan mau ada acara, gue gapapa ke RS sendirian lagian gue hafal kok” “Ha engga shil gue tadi udah bilang mau nganterin lagian ini udah hampir gelap juga” Metro sore itu lumayan padat karena malem minggu, jadi kalian berdua kebagian berdiri “Padahal gue tadinya mau ngajak lo Shil ke music festival” “Hah? Oh… haha maaf ya Yo gue gabisa soalnya jaga shift nih” “Haha iya gapapa bu dok” Dyo nyengir tapi ga berani tatapan mata sama Shila “Yo, em emang kenapa lo ga bakalan pacaran sama artis, tadi lo bilang?” “Hah haha oh itu Shil, engga sih, gue punya pandangan tersendiri aja sama artis, semakin lo terkenal, semakin luas pergaulan lo, semakin lo punya kemauan buat impress orang lain daripada jadi diri sendiri. Gitu sih. gue gak merasa aja personality artis itu bener bener dia aslinya” Shila bingung, “lah bukannya lo artis Yo?” “Gue? I’m just an ordinary singer Shil, haha, gue kenal Lisa dkk karena sering manggung bareng aja, gue ga suka living under the spotlight kayak Lisa sama yang lainnya” Yaampun, akhirnya ngobrol panjang juga meskipun Dyo sama sekali engga kontak mata selama ngobrol dan akhirnya Dyo cerita juga unek uneknya meskipun sedikit. Trip dari Grand Palais ke Gare du Nord gak gitu jauh tapi jadi lebih menyenangkan Brussels’ Children Hospital 2.07 AM Notif Facebook Messenger Shila bunyi Dyo Kyungsoo “Shil” Dyo is typing message…. Shila lagi duduk santai di ruang jaga sama suster langsung kaget “Masih bangun?” “Yo, iya, kenapa?” “Oh Oke, lo jaga di lantai berapa?” Hah. Shila bingung. Kenapa tiba tiba Dyo nanya jaga di lantai berapa. “Lantai 3 Yo” “Koridor?” “Koridor B” Shila bingung banget sambil ngetikin message ke Dyo. Kenapa tiba tiba dia nanyain lantai berapa koridor mana Tiba2 lift bunyi di lantai 3, someone is coming to the corridor. Shila ngintip dikit, the man that she was having conversation with this afternoon coming into the hospital at freakin 2 AM in the morning "Shil, ini buat lo" Dyo sambil nyodorin kantong “Hah yo ini apa?” “Engga, cuma susu aja, sama makanan dikit. Buat bekel lo sampe jaga entar pagi” “Repot banget Yo, gila makasih” Shila speechless gila gilaan woy gila ya. Dyo datengin jam segini aja bikin Shila geer tapi Shila gamau geer tapi gimana….. “Oke Shil, semangat ya jaga shiftnya, gue balik dulu, Oh iya Shil kalo butuh apa apa, kabarin gue aja lewat Messenger ok? Gue bisa nganter2in lo kok selama lo di Brussels ya” “Ok yo hati hati ya…” Pulang aja Dyonya. Shila masih speechless. Akhirnya Shila buka kotak yang dibawain Dyo. A bottle of warm white milk, strawberry fondue, dan waffle biscuit. Shila bagi2 strawberry fondue sama suster yang lain “Is that your boyfriend sweetheart? He looks handsome and seems a very nice person” kata salah satu suster yang jaga ke Shila “Nooo Ma’am he’s my friend in highschool, he’s living in Brussels now” “Hmm I’m not sure to say this to you sweety, but this fondue seems cooked by himself… I think he has a heart on you” Susternya malah bikin Shila blushing mana disambut sama suster lain yang nge woohoo in Shila Shila cuma bisa blushing malem itu, the chocolate tastes better than anything and that night feels warmer that every other nights during her stay in Brussels. To be continued This story dedicated to do-r-kyungsoo as she requested before… Enjoy! "Yooo….." dengan muka memelas Resha “Yaa? Udahlah tenang aja sha hehe” Dyo berusaha nenangin Resha yang cemas banget sambil nyetir It’s just few hundred metres to Dyo’s house. Her adrenaline rushes to her blood brutally, her heart beats in not the exact rhythm as it should, she feels. Dyo parkir di depan rumahnya “Okkeeee, yuk turun” kata Dyo sambil ngeliatin Resha, his prominent eyes seems whispering to Resha, “It’s okay Resh, my parents will like you I’m sure” This is their 1st Anniversary as a couple and also the very first time Dyo took her to his family. Dyo orangnya engga neko neko, saat dia udah yakin sama hubungannya sama Resha, dia jelas bakal bawa Resha ke keluarganya. Even it takes time for 365 days since the first time he proposed Resha to be his girlfriend. Keluar dari mobil, tiba2 penguin Dyo langsung lari2 ke depan rumahnya buka pager “Yo…….. barang2 belanjaannya belum diturunin” Resha ngingetin Dyo tapi suaranya pelaaaaaaaan banget “OH IYA hehehehehe aku excited banget sih soalnya” that Penguin suddenly turned around his direction into his black Ford and taking their belongings at the back seat. "Assalamualaikuuum" Dyo buka pintu garasi yang tersambung ke dapur rumahnya “Waalaikumsalam… loh Mas kok lewat sini toh masuknya?” Mama Dyo bukain pintu dapur buat kalian, ini pertama kalinya Resha ngeliat Mamanya Dyo. Mamanya Dyo petite, tapi putih banget, alisnya persis kayak Dyo, matanya juga, everything about her really portrayed by Dyo. “Iya Ma, ini bawa udang sama ayam takut amis, oh oh iya Mam ini Resha” Dyo turns his head into Resha while smiling, at that current moment Dyo couldnt introduce Resha properly since he’s carrying two huge plastic bags in both of his hands. Resha couldnt stop smiling to hide her nervous but she greeted her as well "Oh iya, Dyo sering cerita.. Ayo masuk2 dulu, jadi gak enak Tante ini kamu masuk lewat dapur dulu" After they dropped the shopping bags at the kitchen, Dyo rubs her head “Tuh kan aku bilang apa.. tenang aja hehehe” Resha feels a bit relieved after she met his mother, at last. "Loh lo udah balik aja" tiba2 ada cowok yang keluar dari kamar. Cuma pake tshirt oblong item sama celana jeans. Kak Mahesa, kakaknya Dyo yang lebih tua 3 tahun. Kak Mahes jauh lebih tinggi dari Dyo, postur tubuhnya 11 12 sama Reza Rahardian tapi sifatnya gak sih. Muka ka Mahesa mirip banget sama Dyo cuma Ka Mahes bibirnya engga se hearted lips Dyo dan Kak Mahes jambangan. Kak Mahes sekarang kerja as marketing manager di salah satu perusahaan interior terkenal dari Jerman. "Iya nih, lah lo mau pergi?" “Keluar bentar, mau spooring balancing mobil gue” “Eh iya kak, nih Resha, pacar gue” sebelum kak Mahes pergi “Ooh…. ya ya, Mahesa” sambil jabatan tangan “Resha kak…” “Ok, gue cabut dulu ya Yo, Resha” "Ini tehnya diminum dulu" Mama Dyo dateng dari dapur dengan secangkir teh “Aduh, Papa belum bangun nih masih jetlag, jadi gimana gimana Resha ini mau masak hari ini buat keluarga Tante?” “Hehe.. Iya Tante, m mau masak sedikit aja Tante buat makan siang” “Oooh yaudah boleh boleh, nanti dipake aja dapurnya, nanti Tante siapin alat2nya” “Gak usah Mam, Mama istirahat lagi aja dulu, nanti aku sama Resha yang nyiapin semua” “Oooh… gitu yaudah, Tante ke kamar dulu ya” “Iya Tante…” Resha sips the hot tea then she rushed into the kitchen with a note on her hand. “Yo.. aku takut ga enak sumpah masakannya…” “Ya kalo ga enak kan semua tau kamu yang masak” Resha nengok ke Dyo dengan muka ketakutan, but when she turns out, her boyfriend seems trying to hide his laugh with biting his lips “Heheheee apa sih gausah khawatir sayang….” kata Dyo dengan devilish smilenya yang khas “Kamu kan minggu lalu juga udah masakin aku, enak kok enaak tenang aja” Dyo touched Resha’s hips and gave her a litte back-side hug "Wihhh tuh kan kamu jago" Dyo ngeliat Resha yang lagi motong bawang dengan kecepatan tepat dan presisi “Dyo plis jangan giniin aku dulu aku deg2an” Resha replied it with her serious face. Dyo really really loves it when Resha started panicking or replying everything he said with a serious face. It’s like the cutest thing on earth for Dyo. 50 minutes later It’s almost 1 PM when they finished preparing the food. While they’re busy plating the dishes, suddenly his Father went to the kitchen “Loh, ini siapa sejak kapan nambah cewek lagi selain Mama di rumah?” Mamanya Dyo yang ngeliat dari belakang cuma bisa nyengir Resha salim sama Papanya Dyo “Resha, Om…” “Oh… REZA?” “Re- sha Paaaa” kata Dyo “Sini sini duduk dulu ngobrol ngobrol lah dites” Papanya Dyo iseng banget emang “Kamu kuliah dimana? Udah tingkat berapa?” “Di FK Om, sekarang udah tingkat empat” “Oh tingkat empat, lagi skripsi dong ya? Dyo juga kan? Gak keganggu tuh kamu skripsian sambil mikirin Dyo terus tiap hari?” Resha cuma bisa bales dengan senyum malu malu Dyo juga tenang tenang tapi watir juga keliatan dari senyumnya, dia tau Papanya sering iseng dan sering nyeletuk aneh2 “Itu kalian masak apa? Enak engga? Om gak mau ya kalo gak enak!” “Resha harus enak juga masakannya kayak siapa itu namanya Ma pacarnya Mahes?? Wyla? Wyli?” “Wyla Paaaaa…….” kata Mamanya Dyo dengan nada sabar, senyum geleng2 ke suaminya yang emang sengaja ngisengin Resha terus “Iya awas ya Reza, kalo sampe Om sakit diare berobatnya harus gratis ke kamu!” "Samlekum" Kak Mahes udah dateng Mama, Papa, Dyo, Resha juga langsung menuju meja makan. Oke, semua menu buatan Resha ada disitu, dari scallop, udang goreng, sampe ayam “Wah ini sih scallopnya harus diicip duluan, mana cocok pake nasi” kata Mahes “Coba Hes, ambilin satu buat Papa!” Kak Mahes sama Papa sama2 nyoba scallopnya. It’s supposed to be cooked well… the butter should be melted well… kata Resha dalam hati “Hmmm…. lekker” kata Papa Dyo “Butternya enak kok ini” kata kak Mahes Meanwhile Mamanya Dyo ambil sepotong ayam dan udang. Resha udah deg2an banget, ya Mamanya Dyo udah ga diragukan lagi pinter masaknya since she’s an owner of famous wedding catering. “Udangnya mateng kok ini, saus mayonnaisenya kamu tambahan lemon sedikit ya Resh? Agak asyemm” kata Mamanya Dyo “Tapi enak kan Maaa?” samber Dyo “Hmm lumayan” The table seems like a judging panel buat Resha. Ya kebayang sih, Mama Dyo udah expert banget dalam masakan, Papanya juga sering ke luar negeri pasti udah kebiasa sama makanan yang high quality, Kak Mahes juga kerja di perusahaan high end yang dia sama temen2nya juga makan di restoran upper class. That’s all described enough why Dyo also good at cooking and adjusting the spices. "Hes, enakan mana, masakan Wyla apa Resha?" “Hmm….. ya masakan Mama lah” And everyone’s laughing at the table. Finally ya, ketakutan Resha dari dua minggu sebelumnya berakhir dengan a warm welcome and friendly ambience dari keluarganya Dyo. After 4 PM, setelah beres beres meja makan dan dilanjutkan dengan obrolan santai terus juga nonton TV sama keluarganya Dyo, Resha pamit pulang ke kosan. Sampe di depan kosan Resha “Coba kamu cek saku belakang kursi kamu” kata Dyo “Hah? Apa?” Resha langsung nengok ke belakang dan disana udah ada bungkusan kotak gede, dia sama sekali gak sadar daritadi ada bungkusan gede di belakang “Buka aja sekarang” “Yakin gapapa?” “Sure” Resha then started to opened up the box, it was a package of present consist of; blue Stethoscope, buku MIMS Edisi Terbaru, dan…. buku resep Hummingbird Cupcakes Bakery London. Resha bingung, “Kok ganyambung Yo hadiahnya?” “Nyambung dong, kan biar kamu cepet beres koass terus buku cupcakesnya bisa disimpen buat nanti bikinin aku cupcakes sampe perayaan kita yang ke 10, 25, 100, dan seterusnya” “Norak ahhhhhhhhh” Kata Resha malu2 “Once again happy anniversary yaa :)” Dyo manja manja nempel ke setir mobil sambil ngeliat Resha “UDAH AH BYE” Resha keluar dari mobil It was such a memorable 1st year anniversary for both of them. Baru Resha mau buka pintu kamar tiba2 “tunggg” notif BBM Masuk, Dyo: "Happy 1st Anniversary to Us. All the joys, happiness, and faithful that you gave to me have made me going this strong. Thank you for those uncounted days that you’ve always supported me, since the first time my heart decided to beats on you until this time you read this message. I love you, Resha, I did, I do, and I will always do. See you tomorrow sweetheart!"
Dear God,
Thank you for yesterday, that I met her. Thank you for today, that I just text her. Thank you for tomorrow, that I still don't know. Love, Yours I know that we all think we're immortal,
we're supposed to feel that way, we're graduating. The future is and should be bright, but, like our brief four years in high school, what makes life valuable is that it doesn't last forever, what makes it precious is that it ends. I know that now more than ever. And I say it today of all days to remind us that time is luck. So don't waste it living someone else's life, make yours count for something. Fight for what matters to you, no matter what. Because even if you fall short, what better way is there to live? - Gwen Stacy |
AuthorWorld Travel Dreamer Archives
October 2017
LinksCategories |